Ada kebiasaan aneh yang menjadi tradisi di beberapa restoran di seluruh dunia. Terlebih bagi restoran yang menyediakan kecap sebagai salah satu pelengkap hidangan. Pada sore hari, seringkali para karyawan atau pelayan menyatukan mulut botol kecap saat restoran akan tutup. Tujuannya memang aneh, tapi layak untuk dipahami: untuk mengisi penuh botol-botol yang isinya sudah berkurang.
Dalam dunia food and buffer ada hal yang harus selalu diperhatikan oleh pemilik dan pengurus restoran. Semua hidangan berbotol (kecap, saus, dll) yang dihidangkan di meja harus terisi penuh. Hal ini dipahami oleh sebagian besar restoran sebagai wujud pelayanan yang ‘mengutamakan’ pelanggan.
Di mata pelanggan, kebersihan dan kesempurnaan adalah segalanya. Termasuk ‘kesempurnaan’ isi botol kecap. Sebaik apa sebuah restoran menyediakan hidangan dan menyempurnakan pelengkapnya (kecap, saus, tisu, piring, sendok, dll) sebaik itulah kelas restoran tersebut.
Benar juga, di satu sisi pemilik restoran ingin melayani pelanggan-pelanggannya secara sempurna dengan memberikan botol kecap yang terisi penuh, tapi di sisi lain, pemilik restoran tak mau mengeluarkan uang terus-menerus hanya untuk mengisi penuh botol kecap mereka. Menyatukan mulut botol kecap agar isinya berpindah adalah solusi yang bagus.