Kebanyakan majalah tidak mencantumkan nomor halaman bukan berdasarkan dari segi kemalasan editor ataupun pertimbangan seni keindahan. Sebenarnya mereka mau untuk mencantumkan nomor halaman di setiap lembarnya. Tapi ketidakadaannya nomor halaman di setiap lembarnya berasal dari keinginan pemasang iklan.
Kebanyakan halaman yang tidak ada nomornya adalah halaman yang diisi dengan iklan yang memenuhi jatah worksheet halaman. Biasanya desainer menyisakan border warna putih di setiap tepi halaman. Jadi jika ada iklan yang menginginkan pemasangan banner penuh, masih ada sisa tepi putih yang bisa ditulisi nomor halaman. Tapi kebanyakan pemasang iklan tidak mau banner mereka dibumbui oleh tampilan remeh seperti nomor halaman yang sangat mengganggu tampilan banner. Hal ini semakin diperburuk dengan munculnya beberapa iklan yang bersifat “bleed” (jenis iklan yang memenuhi halaman sampai ke tepi-tepi kertas, sehingga tak ada border sama sekali).
Ada juga beberapa majalah yang mengeluarkan edisi khusus majalah mereka dan memberikan metode penomoran halaman yang unik. Kebanyakan dengan kombinasi angka dan huruf seperti; 35A, 35B, 35C. Majalah dengan edisi khusus berpotensi memberikan income yang besar bagi penerbit. Selain menarik pemasang iklan untuk memasang iklan di majalah edisi khusus tersebut, mereka juga bisa meningkatkan oplah mereka serta harga majalah karena banyaknya peminat terhadap majalah edisi khusus. Tapi bagi saya pola penomoran halaman pada majalah edisi khusus sangat merepotkan pembaca (coba anda cari halaman 44 jika penomoran halamannya mulai dari 35A-35Z).