Jika kita pikirkan dengan seksama, kebanyakan produsen pintu rumah sama dengan perusahaan yang menyediakan pintu gedung perkantoran. Benar juga, masalah kedalam-keluar bukan karena produsen pintu, tetapi karena faktor pertimbangan dari kontraktor rumah dan gedung.
Para kontrator memikirkan kondisi terburuk yang akan dialami oleh gedung tersebut. Kebakaran adalah salah satu contohnya. Ketika kebakaran, sangat banyak karyawan yang berada di dalam gedung yang ingin keluar secepat mungkin. Tidak mungkin anda bisa menyuruh mereka memberi ruang sedikit untuk membuka pintu agar mereka bisa keluar. Hal yang dipikirkan mereka adalah keluar secepatnya. Maka dari itu, para kontraktor gedung perkantoran membuat pintu terbuka keluar agar para karyawan yang berada di dalam gedung bisa dengan mudah keluar gedung hanya dengan menendang pintu.
Bagaimana dengan pintu rumah? Kalaupun terjadi hal yang sama, sang ayah masih bisa menyuruh istri dan anak-anaknya untuk mundur sedikit agar dapat memberi ruang yang cukup untuk membuka pintu. Prinsip ‘tidak cukup ruang’ inilah yang membuat pintu toilet yang sempit juga terbuka keluar.