Istilah "langkahkan kaki kanan jika akan naik bus" seringkali tidak digubris orang-orang yang mendengarnya. Buat apa memikirkan kaki kanan atau kaki kiri yang lebih dulu kita langkahkan jika naik bus, tidak penting. Mungkin ada benarnya pendapat orang-orang akan hal ini. Tidak mungkin ada standar pasti untuk menentukan kaki mana yang lebih dahulu naik ke bus. Kaki kanan atau kaki kiri sama saja.
Mungkin para orang tua mengatakan tersebut ‘agar’ anak-anak mereka selamat di perjalanan. Agar anak-anak mereka juga mendahulukan hal yang baik (kaki kanan) untuk melangkah. Tapi istilah konyol ini tidak begitu penting untuk digubris oleh orang-orang yang sudah terlambat masuk kantor, apalagi anak-anak yang terlambat masuk sekolah. Saya juga setuju bahwa kaki kanan tidak akan mempengaruhi jalan kita. Apalagi di dunia yang serba modern ini. Kaki kanan atau kiri sama saja. Kaki mana saja boleh.
Sebenarnya ada hal lain yang perlu kita ketahui. Istilah ini berasal dari para orang tua (juga) yang ada di Eropa, tempat pertama kali bus ada. Di Eropa, bus yang berjalan di sebelah kanan sudah biasa berhenti di badan kanan jalan untuk mengambil dan menurunkan. Tak jarang bus yang berhenti sebentar untuk hanya mengambil penumpang dan langsung tancap gas tanpa mengetahui apakah penumpangnya sudah benar-benar berangkat atau belum. Inilah yang membuat para orang tua sering menasihai anak-anak mereka agar menaikkan kaki kanan terlebih dahulu ketika anak naik bus. Tujuannya agar ketika bus tancap gas dengan sembrono, sang anak tidak perlu jatuh karena salah kuda-kuda.
Mungkin kata “kanan” tidak berlaku di Indonesia karena semua jenis kendaraan umum berjalan di sebelah kiri. Sebaiknya diganti saja menjadi “Langkahkan kaki kiri jika akan menaiki bus” atau “ketika bus berhenti, segeralah lompat kedalamnya”